Benarkah Flipped Classroom Cocok Untuk Pembelajaran Dimasa PTM Terbatas?


Pada tulisan sebelumnya kita sudah membahas tentang Blended Learning yang merupakah salah satu metode pembelajaran dari sekian banyak metode pembelajaran yang ada dan sudah dipraktikkan di berbagai negara. Selain Blended Learning ini, ada juga  metode pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dan Product Based Learning (PBL). Nah kali ini penulis akan membahas tentang Flipped Classroom dan kesesuaiannya dengan kondisi pembelajaran dimasa pandemi Covid-19 sekarang ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi saya pribadi dan rekan-rekan guru dimanapun Anda berada. 

Flipped Classroom Adalah 'Blended Learning'

Salah satu contoh penerapan Blended Learning dalam pembelajaran adalah penggunaan model pembelajaran Flipped Classroom. Pada model pembelajaran ini praktik pembelajaran terjadi di dua tempat dan pada waktu yang berbeda. Peserta didik akan mendapatkan materi pembelajaran diluar ruang kelas secara online dan dilain waktu mereka akan mengerjakan latihan-latihan soal dan penugasan lainnya didalam ruang kelas dengan bimbingan guru sebagai fasilitator.

Tujuan yang ingin dicapai dengan penerapan Flipped Classroom sebagai model pembelajaran adalah:

  1. Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan;
  2. Untuk memberi kesempatan kepada siswa belajar sesuai dengan cara yang mereka sukai dan dengan kecepatan belajar yang sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing;
  3. Untuk memberi kesempatan yang lebih banyak kepada guru untuk memberi bimbingan belajar secara individual.  

Baca juga: Mengenal "Blended Learning" Dan Contoh Penerapannya Dalam Pembelajaran

Dengan mengacu kepada tujuan pembelajaran dengan model Flipped Classroom diatas, maka penulis secara pribadi berpendapat bahwa model pembelajaran ini sangat cocok digunakan dimasa pembelajaran tatap muka yang bersifat terbatas seperti sekarang ini. Durasi waktu yang singkat dan pembagian siswa kedalam kelompok-kelompok kecil tentunya menuntut seorang guru untuk menerapkan model pembelajaran yang bisa mengakomodir beragam elemen dalam pembelajaran, seperti tujuan, materi, dan kompetensi yang ingin dicapai, termasuk mempertimbangkan kebutuhan dan kecepatan belajar peserta didiknya.

Disamping itu, model pembelajaran ini juga berkorelasi positif dengan konsep MERRDEKA dalam pembelajaran yang sedang dikampanyekan oleh pemerintah melalui program Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan (SMK PK). Dalam konsep MERRDEKA terdapat enam jenis kegiatan pembelajaran yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu Asinkronus dan Sinkronus. 

Kegiatan pembelajaran Asinkronus adalah kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dimana kegiatan-kegiatan asinkronus terdiri dari :

  • M = Mulai dari diri
  • E  = Eksplorasi konsep
  • R  = Ruang kolaborasi
  • R  = Refleksi terbimbing
  • D  = Demonstrasi kontekstual
Sedangkan dalam kegiatan Sinkronus peran guru lebih banyak, antara lain untuk memandu diskusi dan tanya jawab serta memberikan arahan untuk rencana kegiatan selanjutnya. Kegiatan Sinkronus terdiri dari tiga kegiatan, yaitu:
  • E  = Elaborasi pemahaman
  • K  = Koneksi antar materi
  • A  = Aksi Nyata
Dari pemaparan diatas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa model pembelajaran Flipped Classroom maupun konsep MERRDEKA dalam pembelajaran yang digagas oleh pemerintah menuntut kesiapan guru untuk menguasai beragam platform teknologi digital, baik itu aplikasi-aplikasi perpesanan maupun aplikasi audio dan video yang bisa diintegrasikan dengan aplikasi LMS (Learning Management System) seperti Google Classroom dan Edmodo.

Sumber bacaan:
  1. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/07/flipped-classroom-model-solusi-bagi-pembelajaran-darurat-covid19
  2. https://www.usd.ac.id/pusat/ppip/2020/05/04/konsep-dasar-metode-flipped-classroom/ 

No comments

Komentar

Powered by Blogger.
Youtube Channel Image
Channel Agenda Pembelajaran Tutorial Komputer Administrasi
Subscribe